Penyebaran Wahabi di Indonesia
Perkembangan wahabi di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peran Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII). Pada masa dulu, lembaga ini berhasil mengirimkan banyak mahasiswa untuk belajar ke Timur-Tengah berkat dukungan dana dari Jemaah Wahabi. Sebagian dari alumni Timur-Tengah tersebut menjadi agen penyebaran ideologi wahabi setelah pulang ke Indonesia.
Selain DDII, LIPIA sebagai lembaga pendidikan Islam yang dibiayai penuh Arab Saudi juga berperan penting dalam penyebaran ideologi wahabi di tanah air. Sebagaimana diketahui, LIPIA memberikan beasiswa penuh kepada seluruh mahasiswa. Ini menjadi daya tarik tersendiri bagi kalangan santri atau pelajar agama untuk kuliah di lembaga ini. LIPIA pertama kali dipimpin oleh Syeikh Abdul Aziz Abdullah al-Ammar, murid tokoh salaf Syekh Abdullah bin Baz. Seluruh pengajar kampus ini didatangkan dari Timur-Tengah dan kurikulumnya mengikut kurikulum Universitas Riyad. Sebagian besar pentolan wahabi Indonesia merupakan alumni LIPIA.
Di antara alumni LIPIA yang menjadi penyebar paham wahabi ialah Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Farid Okbah, Ainul Harits, Abu Bakar M. Altway, Ja’far Umar Thalib, Abdul Hakim Abdat, Aman Abdurrahman, dan lain-lain. Perlu diketahui, Aman Abdurrahman ini termasuk orang yang memiliki pengaruh kuat terhadap sebagian besar kelompok teroris di Indonesia. Bahkan, sebagian kasus bom di Indonesia didalangi oleh Aman. Selain alumni LIPIA, paham wahabi semakin menyebar di Tanah Air pasca pulangnya beberapa alumni Arab Saudi. Mereka menyebarkan paham tersebut tdak hanya melalui lembaga pendidikan, tetapi juga majlis pengajian. Hasil pengajian mereka dipublikasikan dan disebarkan secara masif di internet. Di antara alumni Arab Saudi yang menyebarkan ideologi wahabi ialah Firanda, Khalid Basalamah, Syafq Basalamah, dan lain-lain.