Blitar – Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Blitar, pada Ahad (1/12/2019) bertempat di Aula KPRI Kota Blitar, menggelar sarasehan menangkal gerakan radikalisme dengan moderasi agama (memperkuat dai moderat berdivisi keummatan dan kebangsaan) guna mewujudkan situasi kantibmas yang aman dan kondusif di wilayah Kota Blitar.
Acara kerjasama antara PCNU Kota Blitar dengan Kemenag Kota Blitar ini dihadiri ketua PCNU Kota Blitar Dr. Habib Bawafi.M.HI, dan Drs. Solekan. M.PdI dari Kemenag Kota Blitar. Acara tersebut dihadiri semua unsur PCNU Kota Blitar baik unsur syuriah dan tanfidziyah, Majlis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU), ranting se-kota Blitar, para penyuluh agama Islam baik PNS Maupun non PNS serta para rohis SMA dan SMK se-kota Blitar yang berjumlah 160 peserta.
Ketua Tanfidziyah PCNU Kota Blitar, Dr. Habib Bawafi.M.HI dalam sambutannya menuturkan bahwa tema ini sangat relevan dengan keadaan dan situasi sekarang. Berkaitan kejadian beberapa teroris yang tertangkap di kota Blitar.
“NU punya peran untuk memberantas. Karena NU didirikan atas semangat keagamaan menegakkan Islam Ahlussunah wal Jama’ah (Aswaja) yang moderat, toleran, tasamuh dan i’tidal. Kemudian NU didirikan dalam rangka semangat kebangsaan yaitu semangat menegakkan kemerdekaan dan NKRI. NU berazas Pancasila dan UUD 1945.” tuturnya tegas.
Sementara itu, pengamat terorisme dan mantan napi terorisme, Dr. Ali Fauzi Manzi. M.PdI, dalam paparannya menyampaikan materi terkait sejarah dan perkembangan terorisme dan radikalisme di Indonesia. Menurutnya, teroris masih menjadi ancaman serius buat Indonesia di mana dari tahun 2000- 2019, telah terjadi lebih dari 310 aksi teror.
“Faktor join kelompok teror dikarenakan friendship atau pertemanan dan kinship atau kekerabatan. Kerena itu friendship dan kinship bisa juga digunakan untuk membawa mereka kembali ke kehidupan normal.” kata Ali Fauzi.
Ali Fauzi menuturkan bahwa terorisme bukan produk instan, karena teroris bukan produk dari keputusan singkat, tetapi hasil proses panjang dan perlahan-lahan mendorong komitmen pada aksi kekerasan atas nama Tuhan.
“Faktor dominan sebagai driver terorisme di antaranya faham keagamaan, reaksi terhadap penindasan, pengaruh terorisme global dan kebencian terhadap penguasa.” kata Ali Fauzi.
