Blitar – Radikalisme berbalut pendidikan juga sudah menyasar anak remaja di Indonesia, demikian ungkap Lilik Purwandi, saat menjadi pemateri dalam acara seminar dan bedah buku “Wajah Muslim Indonesia” yang diselenggarakan Aswaja NU Center Kota Blitar, Ahad (2/2/2020)
Islam yang dikenal masyarakat luas dengan sikap yang ramah dan santun, kini berubah wajah menjadi seram dan menakutkan. Meskipun hanya dilakukan oleh sekelompok orang saja.
Penulis buku Wajah Muslim Indonesia, Lilik Purwandi S.Si., M.Si mengatakan menurutnya radikalisme arahnya menyasar anak-anak muda yang galau. Para ekstrimisme bahkan dengan sengaja membujuk rayu para remaja yang masih dalam pemikiran awam agar ikut dalam keorganisasian mereka. Menyasar generasi muda yang memiliki ghirah keislaman tinggi tetapi memiliki bekal pengetahuan agama minim.
“Mereka mendampingi kaum millenial yang membuat status galau di media sosial. Setelah itu, mereka memberikan arahan, motifasi hingga doktrin-doktrin yang mengarahkan kaum millenial untuk menjadi radikalis.” Ungkapnya.
Kaum milenial punya bonus demografi, dengan artian jumlah kaum milenial itu lebih banyak dari pada yang bukan milenial. Dimana usia produktif lebih banyak daripada usia non produktif.
“Dimasa depan, generasi milenial akan menjadi penerus perjuangan.” Ucapnya.
Pakar Sosiologi Komunikasi Unisba Blitar, Endah Siswati, S.IP., M.S.W menjelaskan bahwa kaum radikalis sangat memanfaatkan media untuk membuat opini ngawur.
“Kalau dulu orang mengatakan, sing waras ngalah (yang waras mengalah). Sekarang jangan gunakan kalimat itu lagi. Kalau kita mengalah terus, nanti kita akan dikuasai oleh orang gila.” Tuturnya.
Ketua Lakpesdam NU Kota Blitar, Dr. Wahidul Anam M.Ag juga memberikan motivasi kepada peserta yang didominasi oleh kaum millenial, mulai tingkat pelajar SMA/SMK maupun mahasiswa.
