Blitar – Diba’an adalah tradisi membaca atau melantunkan shalawat kepada Nabi Muhammad yang dilakukan oleh masyarakat NU. Pembacaaan shalawat dilakukan bersama secara bergantian. Ada bagian dibaca biasa, namun pada bagian-bagian lain lebih banyak menggunakan lagu.
Ahad (28/4), pengurus harian PAC Fatayat NU Kota Blitar menggelar diba’an di ranting karang tengah, kota Blitar. Diba’an yang rutin diadakan setiap Ahad Pon ini dipimpin langsung oleh Ketua Fatayat NU Kota Blitar, Sriatin Asy-Syafi’i.
Ibu Sriatin Asy-Syafi’i mengajak seluruh warga nahdliyin bahkan anak-anak agar jangan pernah berhenti meningkatkan amaliah dan terus belajar. Ia berharap kegiatan ini dapat menciptakan generasi penerus yang mumpuni.
“Di kota Blitar, pembacaan syair diba’an dilakukan setiap ahad pon secara bergilir dari ranting ke ranting. Kali ini di meriahkan grup solawat Al-Mawaddah. Sebagai wahana silaturahmi keluarga besar,” ungkapnya.
Ibu Sriatin Asy-Syafi’i berpesan pasca pesta demokrasi kita rajut kembali persatuan dan kekompakan di tubuh fatayat. “Mari persiapkan diri hati untuk menyambut bulan suci romadhon. Semoga kita semua selalu di beri kekuatan dhohiron wa batinan. Dalam melaksanakan ibadah puasa & ibadah sunah pada bulan suci ini,” ujar ibu yang ikhlas demi NU ini.
Kitab diba’ adalah salah satu dari sekian banyak kitab klasik yang akrab dan populer digunakan oleh masyarakat pesantren. Ditulis oleh syaikh Abu Muhammad Abdurrahman ad-Diba’iy (866 H – 944 H). Beliau ulama hadits terkemuka yang mampu menghafal 100.000 lebih hadits lengkap dengan sanadnya. Serta seorang muarrikh atau ahli sejarah.
Sayangnya tradisi membaca syair pujian dari kitab diba’ ini (selain al-Barzanji dan al-Burdah) adalah salah satu tradisi yang menjadi sasaran kritik kaum puritan.

Acara ini dimulai dari pembukaan, sambutan-sambutan, qiro’ah, dan pengajian. Diba’an bulanan ini ditutup dengan do’a. Semua antusias dan khidmat mengikuti acara hingga selesai.
Reporter: Sriatin
Editor: Abd Umar