banner 728x250

Informasi Hilal Awal Ramadhan 1446 H di Indonesia

Nahdlatul Ulama Kota Blitar

Jakarta, 28 Februari 2025 – Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) secara resmi mengumumkan informasi mengenai hilal awal Ramadhan 1446 H di Indonesia. Berdasarkan hasil perhitungan ilmu falak dan rukyatul hilal, awal Ramadhan tahun ini diperkirakan akan jatuh antara Sabtu, 1 Maret 2025, atau Ahad, 2 Maret 2025, tergantung pada visibilitas hilal.

Data Falakiyah Awal Ramadhan 1446 H

Pada Jumat Legi, 29 Sya’ban 1446 H, yang bertepatan dengan 28 Februari 2025 M, ijtima’ atau konjungsi antara Matahari dan Bulan terjadi pada pukul 07:45:14 WIB. Data astronomi menunjukkan bahwa tinggi hilal mar’ie di Indonesia berkisar antara +2º 52’ hingga +4º 25’, dengan elongasi hilal haqiqy antara 4º 54’ hingga 6º 28’. Sementara itu, durasi hilal di atas ufuk berkisar antara 15 menit 11 detik hingga 22 menit 55 detik.

Menurut analisis Lembaga Falakiyah PBNU, hanya wilayah Aceh yang memenuhi kriteria Imkan Rukyah Nahdlatul Ulama (IRNU), di mana hilal memiliki kemungkinan untuk terlihat. Sementara itu, daerah lain di Indonesia masih berada dalam zona istihalah al-rukyah, yang berarti hilal mustahil untuk dirukyat.

Penentuan Awal Ramadhan

Dengan kondisi tersebut, awal Ramadhan 1446 H untuk Nahdlatul Ulama akan ditetapkan berdasarkan hasil rukyatul hilal yang dilakukan di berbagai lokasi di Indonesia. Jika hilal berhasil dilihat pada Jumat malam, maka 1 Ramadhan akan jatuh pada Sabtu, 1 Maret 2025. Namun, jika hilal tidak terlihat, maka bulan Sya’ban akan digenapkan menjadi 30 hari, dan 1 Ramadhan akan jatuh pada Ahad, 2 Maret 2025. Keputusan resmi akan diumumkan oleh Ketua Umum PBNU pada Jumat malam, 28 Februari 2025, sekitar pukul 19:30 WIB, setelah sidang itsbat oleh pemerintah.

Keputusan Nahdlatul Ulama tentang Penentuan Awal Bulan Hijriyah

Penentuan awal bulan Hijriyah dalam Nahdlatul Ulama didasarkan pada keputusan Muktamar dan Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama NU, yang menekankan pentingnya rukyatul hilal sebagai metode utama. Berdasarkan hadits Nabi Muhammad SAW, NU berpegang pada prinsip bahwa puasa Ramadhan dimulai setelah melihat hilal dan diakhiri dengan rukyat hilal Idul Fitri. Jika hilal tidak terlihat, maka bulan digenapkan menjadi 30 hari.

PBNU juga menetapkan dua kriteria dalam melihat hilal, yakni Kriteria Imkan Rukyah Nahdlatul Ulama (IRNU) dengan tinggi hilal minimal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat, serta Kriteria Qath’iy Rukyah Nahdlatul Ulama (QRNU) dengan elongasi minimal 9,9 derajat. Kriteria ini digunakan untuk menentukan kemungkinan terlihatnya hilal dan memastikan konsistensi dalam penetapan kalender Hijriyah.

Pelaksanaan Rukyatul Hilal di Berbagai Lokasi

Lembaga Falakiyah NU telah menetapkan berbagai titik rukyatul hilal di seluruh Indonesia. Observasi hilal akan dilakukan dengan metode berbeda, mulai dari pengamatan dengan mata telanjang, teleskop, hingga kamera digital yang terhubung dengan sistem optik modern.

Bagi masyarakat yang ingin mengetahui titik-titik rukyat yang akan digunakan dalam penentuan awal Ramadhan 1446 H, informasi lebih lanjut dapat diakses melalui tautan berikut:

Dengan kondisi hilal yang berbeda di tiap daerah, awal Ramadhan 1446 H berpotensi berbeda antara Sabtu, 1 Maret 2025, atau Ahad, 2 Maret 2025. Keputusan final akan menunggu hasil rukyatul hilal yang dilakukan oleh Lembaga Falakiyah NU serta sidang itsbat pemerintah. Masyarakat diimbau untuk menunggu pengumuman resmi dari PBNU agar dapat menjalankan ibadah puasa dengan penuh keyakinan dan ketenangan.


Narahubung:

  • Dr. KH. Abdus Salam Nawawi (0818573972)
  • Drs. KH. Slamet Hambali (08156674433)
  • KH. Hendro Setyanto, M.Si (0817201714)
  • Ma’rufin Sudibyo (089624772223)

 

banner