banner 728x250

KH. Abdul Basyid Pupuk Toleransi Beragama Lewat Safari Ramadhan di Masjid Baitur Rohman Kota Blitar

Kota Blitar – Dalam rangka bulan suci Ramadhan 1440 Hijriah/2019 Masehi, PCNU Kota Blitar melaksanakan berbagai kegiatan seperti safari ramadhan bersama dengan tokoh agama maupun masyarakat.
Pada kesempatan kali ini, kegiatan safari ramadhan dilaksanakan di Masjid Baitur Rohman Genengan Sananwetan Kota Blitar, Ahad (12/5/2019) malam.
Dalam tausiyahnya KH. Abdul Basyid, M.Pd mengatakan bahwa sekarang ini banyak yang bicara mengikuti sunnah Rasul tapi tidak mau menjalankan ajaran Rosululloh. Sunnah Rosul itu bisa berupa ucapan, tulisan, perbuatan dan taqlitan.
“Apa yang diucapkan, apa yang dilakukan rosul pada zamannya bisa saja tidak sama dengan zaman sekarng. Contoh kongrit: khomr pada zaman rosul adalah toak dari gandum, kurma. Sabu2, pil koplo belum ada. Minuman keras bukan sekedar anggur tetapi zat-zat kimia yang sudah diproses sedemikian rupa. Hukum yang dipakai adalah ijma’ dan qiyas yang diambil dari Al-Qur’an dan hadits,” tuturnya.
Mempelajari agama Islam merupakan kewajiban bagi setiap pemeluknya. Dalil-dalil dari al-Qur’an dan as-Sunnah telah banyak menunjukkan tentang wajibnya ibadah mencari ilmu.
“Bahasa sekarang pemikiran orang saat ini adalah berlebihan. Mereka yang hanya menggunakan hukum dari Al-Qur’an dan sunnah bila ditanya siapa gurumu, maka tidak akan bisa menjawab. Karena mereka tidak mempunyai guru,” ungkapnya.
Toleransi dapat didengarkan dalam berbagai kesempatan; pengajian, acara diskusi-diskusi baik formal, non formal, bahkan dalam situasai kongkow tidaklah asing dengan kata toleransi. Maka dari itu tidaklah terlalu berlebihan kalau dikatakan bahwa toleransi merupakan bagian dari kehidupan sosial masyarakat sebagai bentuk implementasi ajaran agama yang universal. Hanya saja sikap ini (toleran-red) kerap ditempatkan sebatas pada persoalan perbedaan mengenai kepenganutan terhadap suatu agama. Maka akibat yang ditimbulkan adalah minusnya sikap dan rasa saling menghormati ketika tepo seliro tersebut hanya diperuntukkan kepada umat di luar agama yang dianut.
“Kita senantiasa selalu menjaga hubungan antar suku dan agama, serta toleransi sesama umat beragama dengan memberikan rasa perdamaian dan suka cita guna membangun perekonomian di masyarakat,” jelasnya.
“Rosululloh adalah orang yang paling toleran terhadap berbagai agama,”tuturnya.
Dokumentasi PCNU Kota Blitar usai safari ramadhan
Di era milenial saat ini, orang  jujur malah di anggap pendusta. Orang salah di anggap benar. Di sinilah warga NU di uji eksistensinya. Bagaimana menyikapi situasi yang serba membutuhkan kejernihan hati dan pikiran. Manusia semakin hari semakin tidak bisa diprediksi. “Saat ini orang-orang yang dapat dipercaya di anggap pengkhianat, Astagfirullah,”ungkapnya.
Apabila ada informasi-informasi yang belum dipahami, maka  harus segera konfirmasi dengan Pengurus Cabang Nahdhotul Ulama’. Jangan sampai anak-anak orang NU tidak suka dengan pondok pesantren, tidak sekolah di pendidikan-pendidikan yang berbasis Nahdiyin.
“Sudah terjadi di Blitar, ada anak orang NU yang kuliah di sebuah universitas bukan NU. Setelah lulus, sampai di rumah menyalah kan orang tuanya. Berbeda pemikirannya, menggurui orang tuanya dan menganggap ortunya salah,” jelasnya.
Reporter: Susiyah
Editor: Abd Umar
banner