Blitar – Perkembangan radikalisme semakin hari dinilai semakin merajalela, sebab itu perlu diantisipasi agar tidak semakin tumbuh subur. Dinilai efektif cegah radikalisme, Aswaja Center Kota Blitar telah melakukan pencegahan secara dini dan telah terbukti dengan menggelar Kajian Islam Ahlussunah wal Jama’ah (Kiswah) di Pondok Pesantren Bustanul Muta’allimin, Kota Blitar. Ahad, 30/08/2020.
Ketua Aswaja Center Kota Blitar, Jatim, Kyai Sukamto Abdul Hamid mengajak seluruh warga dan pengurus NU untuk secara kolektif menjalankan harakah, fikrah dan ghirrah dalam ber NU.
“Sejak awal, Nahdlatul Ulama (NU) mengadopsi Ahlussunah wal Jama’ah. Ada beberapa pilar yang menjadi pedoman NU. Biasanya seseorang itu jika telah melaksanaan tradisi NU seperti tahlilan, berjanji, maulidan, yasinan dan lain sebagainya, secara alamiyah belum disebut NU secara utuh, tetapi juga harus ada fikrah, harokah dan ghirrah,” ucap Kyai asal Plosokerep ini
Secara fikrah (pemikiran), Nahdlatul Ulama senantiasa mengusung nilai-nilai yang berhaluan pada konsep tasammuh (toleran), tawassuth (moderat), tawazzun (seimbang) dan ‘adalah (adil). Artinya, NU tidak condong pada pemikiran-pemikiran liberal ataupun pemikiran-pemikiran radikal.
Secara harakah (gerakan) warga dan pengurus NU harus bergerak sesuai dengan cara NU. Gerakan NU yang baik adalah gerakan yang selaras dan satu koordinasi dengan keorganisasian NU. Siapapun bisa bergerak untuk NU. Bisa berjuang bersama struktural maupun hanya sebagai kultural.
Dan secara ghiroh (antusias atau semangat) yang terkait dengan kecintaan pada NU. Terkait kehormatan dan kecintaan baik pada skala diri maupun skala agama. Ghirah adalah rahasia energi.
Kyai Sukamto menambahkan terkait amalan dan tradisi NU. “Karena itu telah menjadi tradisi NU sejak dahulu kala, sejak jaman wali songo. Orang NU pasti tahlilan, berjanji, tiba’an, yasinan, dan lain sebagainya. Jangan sampai amalan-amalan yang biasa kita lakukan dicuri organisasi lain,” tuturnya lembut.
Kemudian setelah menjaga tradisi, Kyai Sukamto menjelaskan seputar madzhab. “Kalau tidak bermadzhab itu bukan Ahlussunah wal Jama’ah,” katanya.
“Secara akidah, Ahlussunah wal Jama’ah itu mengikuti Imam Abu Hasan Al-Asy’ari dan Imam Abu Mansur Al-Maturidi. Secara fiqih, Ahlussunah wal Jama’ah itu mengikuti Imam Maliki, Imam Hanafi, Imam Syafi’i dan Imam Hambali. Dan secara tasawuf, Ahlussunah wal Jama’ah itu mengikuti itu mengikuti Imam Ghozali dan Imam Junaid Al Baghdadi. Dan secara tasawuf, Ahlussunah wal Jama’ah itu mengikuti itu mengikuti Imam Ghozali dan Imam Junaid Al Baghdadi,” katanya.
