banner 728x250

Sambut Harlah NU Ke-99, Aswaja NU Center Bersama Az Zayn Perkuat Ideologi Aswaja An-Nahdliyah

Blitar – Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah (Aswaja) adalah salah satu aliran pemahaman teologis (Aqidah) Islam. Sebuah teologi yang diyakini sebagian besar umat Islam sebagai pemahaman yang benar yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW kepada para sahabatnya. Kemudian secara turun-temurun faham Aswaja diajarkan kepada generasi berikutnya (Tabi’in-Tabi’it Tabi’in) dan selanjutnya diteruskan oleh generasi-generasi berikutnya sehingga sampai kepada kita. Hal ini – tentu – dapat dibuktikan melalui kajian-kajian literer keagamaan. Berkaitan dengan ini ribuan kitab dan buku telah ditulis oleh banyak ulama dan pakar/ahli.
Mengawali Kajian Islam Ahlussunna wal Jama’ah (Kiswah), kiai Sukamto Abdul Hamid menjabarkan bahwa salah satu masalah yang dihadapi NU adalah maraknya paham wahabi. Hingga ketidakpahaman dalam masalah aqidah dan masalah-masalah keyakinan lainnya, serta ketidakpahaman umat akan metodologi dan pengamalan Islam.
“Aswaja NU Center didirikan untuk melengkapi, menjadi panglima untuk menunjukkan sanad-sanad keilmuan sampai Rasulullah SAW. Dimana amalan yang kita lakukan itu betul-betul ada dalilnya. Seperti sholawatan, dzikir dengan keras, rutinan-rutinan tahlil, manakiban, tiba’an dan amalan-amalan yang lain. Itu cocok dengan amalan Nabi Muhammad” tutur pengasuh Ponpes Muwafiq Ar-Riyald ini.
Kyai Sukamto menambahkan bahwa Aswaja NU Center hadir membela amalan-amalan tersebut. Bahwa telah sesuai dengan amalan Rasulullah SAW. Dan untuk menangkal paham-paham yang menyerang Nahdlatul Ulama.
Secara teologis kaum Nahdliyyin (warga NU) adalah bermazhab Aswaja. Artinya, mereka adalah bagian dari kaum Sunni. Dengan demikian maka secara otomatis faham teologi mereka tidaklah bersifat ekstrim, akan tetapi bersifat moderat (tengah-tengah). Jadi tidak ada warga NU, misalnya, yang terlibat kegiatan melawan Pemerintah yang sah, seperti teroris.
Sebagai pengisi Kiswah, Dr KH Wahidul Anam, M.Ag mengungkapkan dalam penulisan Al-Qur’an itu butuh puluhan tahun hingga ratusan tahun.
“Jaman Nabi muhammad itu tidak ada harakat, tidak ada juz, tidak ada bacaan idghom. Dari itu dapat disimpulkan ternyata dalam penulisan Al-Qur’an itu butuh puluhan tahun hingga ratusan tahun,” ucap Wakil Rektor III IAIN Kediri ini
Acara Kiswah dan Sholawat dalam rangka menyongsong harlah NU ke-99 dan peringatan Isro’ Mi’roj ini digelar di Kantor PCNU Kota Blitar, Jl Cisadane No. 9 Bendo Kepanjenkidul Kota Blitar dengan tetap mempertahankan protokol kesehatan. Ahad, 13/2/2022.
banner

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *